Langsung ke konten utama

Kutau kopi tak seharum aromamu
Tak sehangat kepribadianmu
Tak senikmat tubuhmu
Tak selalu sama sepertimu
Dan kutau semua itu hanya ilusinasiku.

Satu yang kutidaktahu.

Kopi tetaplah Kamu, yang selalu buat kucandu
juga kurindu.

Selamat hari minggu. Yuk! ngopi dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Keenan dan Someone

Kugy mengajarkanku untuk tidak berkhayal sendirian. Kami bercengkrama satu sama lain, menceritakan pangeran dalam dunia khayal masing-masing. Tentang keenan dan Someone. Kuseduh segelas kopi ditemani beberapa bungkus makroni pedas yang mencoba hadir sebagai orang ketiga diantara ku dan kugy yang sedang asyik bercerita. Bukan untuk memisahkan kita, justru malah membuat malam ini semakin hidup dibuatnya. Semakin malam cerita yang kami kisahkan semakin larut dalam buaian. Tenyata tak disangka-sangka. Ku dan kugy memiliki banyak persamaan; kami sama-sama menyukai lelaki yang dari fisik Ke-BULEK-an (bukan Ke-BULE-an), yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Keenan suka melukis dan Kunang (Akhirnya aku menemukan nama yang pas) suka menggambar. Kugy yang senang menulis dan Ku yang juga senang menulis. Tapi ada hal berbeda diantara kugy dan keenan dengan ku dan kunang. Kunang juga suka menulis, beda dengan keenan yang hanya senang melukis dan ku yang juga suka menggambar (sa...

Seorang Bocah Pejuang

Inginku sederhana, Ayah. Tak merepotkanmu Tak memberatkanmu Tak merengek minta ini itu kepadamu. Aku hanya ingin merasakan Bagaimana rasanya makan bakso bareng dan nyari udang bareng, bersamamu. Itu saja. Ayah. Pulang. - Febri, Bocah Pejuang. yang tinggal dan dibesarkan dari kecil oleh neneknya seorang. Setiap hari ia bersekolah dan selalu membantu neneknya ketika dirumah, dengan mencari udang dan kepiting lalu dijualnya kepada penyosok. lalu hasil jualnya ia berikan kepada neneknya untuk dibelikan bahan membuat kue untuk dijual. Ibunya hanya seorang pembantu yang bekerja di Jakarta, hanya 3 kali dalam sebulan ia bertemu ibunya. Ayahnya yang katanya bekerja tapi ia tak pernah tahu kabar dan keberadaannya dimana. Selain tak pernah bertemu dengan ayahnya sejak kecil, juga setiap kali ia bertanya kepada neneknya, beliau selalu menjawab tidak tahu. Terakhir kali ayahnya hanya meminta izin kepada neneknya febri untuk merantau, tapi sayang ayahnya tak pernah kembali....

AKU yang ingin jadi "KAMU" itu

Masih menjadi titik diselembar kertas yang baru sadar bahwa jejak sangatlah berperan dalam polosnya kertas tersebut. Jika kau ingin menulisnya tulislah! tapi perlu kau ingat jangan menulisnya terlalu keras karna hal itu tak baik bisa saja kertas tersebut malah robek, tak bisa dipakai lagi. Kalau kau fikir kertas lain masih banyak memang benar. tapi, mengorbankan satu kertas untuk kertas lainnya bukanlah hal yang perlu kau lakukan karna itu kejam. Jadi, kau hanya perlu menulisnya dengan perlahan membuat kertas polos tersebut menjadi indah dengan jejak yang kau tulis dengan jejak yang kau yakini bahwa apa yang kau tulis sudah sangatlah benar hingga akhirnya kelak kau akan melihat kalau apa yang kau tulis telah disukai banyak orang. Disitulah kepercayaan mulai tumbuh kepadamu dan kaupun mulai memahami apa arti kertas polos tersebut. Tanpa tulisanmu ia hanya selembar kertas yang digunakan jika perlu tanpa kesungguhanmu ia hanya selembar kertas penuh coretan tinta ...