Langsung ke konten utama

Aku yang berakhir malu

Aku tak bisa bilang sekarang karna terlalu gugup
tapi tak kau pekai juga
"Kapan" ketika kutanya. Kau diam saja sebatas memberi pertanda
yang perlu diartikan, agar tau bahwa itu pertanda apa
Sehingga tidak ada kesalahpahaman, yang biasa orang orang lakukan

Aku tak suka.
Ketika kesalahpahaman membuat arti dalam, yang kemudian berubah menjadi harap.

Kau tau? Aku seorang penghayal handal
Sangat suka membuat harap yang terlalu besar
sampai akhirnya aku sendiri tersadar
Kalau harapku terlalu jauh dari kemungkinan kemungkinan yang ada.

Aku bagaikan sia yang mencari sisa
siapa tau ada hal lain yang belum binasa
Sehingga aku tak terlalu terluka jika memang kehendakku dan kehendaknya sangat jauh berbeda.

Baiklah! Akan ku lupa.

Kau pulang saja.
Kembali lagi kalau ada waktu
dengan syarat yang perlu kamu tau
Jangan membisu kalau memang ada sesuatu yang perlu aku tau
biar kita tak perlu kelu untuk maju
Dapatkah tuk menyatu
atau memang benar kalau semua itu hanya angan semu.

Mungkin, setelah itu aku malu
dan pergi menjauh
Sesuai maumu.

- 13 November 2016 Sambil ingat kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Bocah Pejuang

Inginku sederhana, Ayah. Tak merepotkanmu Tak memberatkanmu Tak merengek minta ini itu kepadamu. Aku hanya ingin merasakan Bagaimana rasanya makan bakso bareng dan nyari udang bareng, bersamamu. Itu saja. Ayah. Pulang. - Febri, Bocah Pejuang. yang tinggal dan dibesarkan dari kecil oleh neneknya seorang. Setiap hari ia bersekolah dan selalu membantu neneknya ketika dirumah, dengan mencari udang dan kepiting lalu dijualnya kepada penyosok. lalu hasil jualnya ia berikan kepada neneknya untuk dibelikan bahan membuat kue untuk dijual. Ibunya hanya seorang pembantu yang bekerja di Jakarta, hanya 3 kali dalam sebulan ia bertemu ibunya. Ayahnya yang katanya bekerja tapi ia tak pernah tahu kabar dan keberadaannya dimana. Selain tak pernah bertemu dengan ayahnya sejak kecil, juga setiap kali ia bertanya kepada neneknya, beliau selalu menjawab tidak tahu. Terakhir kali ayahnya hanya meminta izin kepada neneknya febri untuk merantau, tapi sayang ayahnya tak pernah kembali....

Tentang Keenan dan Someone

Kugy mengajarkanku untuk tidak berkhayal sendirian. Kami bercengkrama satu sama lain, menceritakan pangeran dalam dunia khayal masing-masing. Tentang keenan dan Someone. Kuseduh segelas kopi ditemani beberapa bungkus makroni pedas yang mencoba hadir sebagai orang ketiga diantara ku dan kugy yang sedang asyik bercerita. Bukan untuk memisahkan kita, justru malah membuat malam ini semakin hidup dibuatnya. Semakin malam cerita yang kami kisahkan semakin larut dalam buaian. Tenyata tak disangka-sangka. Ku dan kugy memiliki banyak persamaan; kami sama-sama menyukai lelaki yang dari fisik Ke-BULEK-an (bukan Ke-BULE-an), yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Keenan suka melukis dan Kunang (Akhirnya aku menemukan nama yang pas) suka menggambar. Kugy yang senang menulis dan Ku yang juga senang menulis. Tapi ada hal berbeda diantara kugy dan keenan dengan ku dan kunang. Kunang juga suka menulis, beda dengan keenan yang hanya senang melukis dan ku yang juga suka menggambar (sa...