Langsung ke konten utama

KITA yang DULU

Duluu...
Kita berdua tak saling kenal, tak saling sapa, dan tak pernah saling tatap, meski kita tinggal dilingkup yang sama.
Walau jarang ketemu juga.

Saat itu,
Pertama aku melihatmu.
Kamu aneh, mungkin karna hidungmu terlalu mancung.
Dan Terlebih hidungku yang pesek,
Sudah jelas, hidung kita berbanding terbalik, Kita musuh. :D
(Hidungnya, bukan kitanya)

Haha

Itu hal yang bisa ku ingat dari dirimu.

mengingat bukan berarti menyimpan rasa.
Ya, Hanya sekedar mengingat. Karna aku tau, ini hal yg kufikir tak mungkin.

Karna,
yang pertama aku belum menykaimu, nggak tau kalo bulan depan! -_-

Terlebih dengan statusku saat itu adalah calon puteri dari seseorang pangeran diseberang sana.
Pangeran yang selalu ada untukku.
Meski aku sangat menyayanginya, hatiku saat itu belum dalam keadaan tertutup rapat.

sehingga,
sampai pada akhirnya..
desember lalu,
yang menjadi bulan dimana aku dan kamu mulai berani untuk saling tatap, saling sapa, dan saling lempar senyuman satu sama lain.

Sayangnya,
Hatiku terlalu lemah akan hal semanis itu,
aku luluh..
Aku tak bisa lagi menggubris bahwa aku tidak bisa membuang jauh-jauh perasaanku..
Sehingga saat itulah, aku mulai menyukaimu dalam diam.

Lama-lama,
Rasa itupun tak bisa kubendung lagi.aku seperti menemukan sosok yg sedang aku cari selama ini.
Sosok yang akan membuatku bahagia dengan sikap dewasanya,
Bukan seseorang yang matimatian mengekangku dengan sifat kekanakannya.
Meski aku sadar, sifatku pun masih belum dewasa.
Tapi apakah harus aku yang terus mengalah?
Ku fikir inilah saatnya aku berhenti untuk terus memaksakan mengikuti keadaan yang membuatku harus terus bersamanya.
Maafkan aku, mungkin kau merasa penantian itu kini hanya sia-sia.
Aku pergi :)
Izinkan aku bersamanya.

....

kamu :)

aku tau bahwa mungkin saat ini kita memang masih samasama diam membisu dan seakan tak tau apa-apa. Tapi aku percaya, akan ada waktu dimana kamu dan aku akan menjadi kita, yang utuh.

kan ku tunggu waktu itu, mas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Bocah Pejuang

Inginku sederhana, Ayah. Tak merepotkanmu Tak memberatkanmu Tak merengek minta ini itu kepadamu. Aku hanya ingin merasakan Bagaimana rasanya makan bakso bareng dan nyari udang bareng, bersamamu. Itu saja. Ayah. Pulang. - Febri, Bocah Pejuang. yang tinggal dan dibesarkan dari kecil oleh neneknya seorang. Setiap hari ia bersekolah dan selalu membantu neneknya ketika dirumah, dengan mencari udang dan kepiting lalu dijualnya kepada penyosok. lalu hasil jualnya ia berikan kepada neneknya untuk dibelikan bahan membuat kue untuk dijual. Ibunya hanya seorang pembantu yang bekerja di Jakarta, hanya 3 kali dalam sebulan ia bertemu ibunya. Ayahnya yang katanya bekerja tapi ia tak pernah tahu kabar dan keberadaannya dimana. Selain tak pernah bertemu dengan ayahnya sejak kecil, juga setiap kali ia bertanya kepada neneknya, beliau selalu menjawab tidak tahu. Terakhir kali ayahnya hanya meminta izin kepada neneknya febri untuk merantau, tapi sayang ayahnya tak pernah kembali....

Tentang Keenan dan Someone

Kugy mengajarkanku untuk tidak berkhayal sendirian. Kami bercengkrama satu sama lain, menceritakan pangeran dalam dunia khayal masing-masing. Tentang keenan dan Someone. Kuseduh segelas kopi ditemani beberapa bungkus makroni pedas yang mencoba hadir sebagai orang ketiga diantara ku dan kugy yang sedang asyik bercerita. Bukan untuk memisahkan kita, justru malah membuat malam ini semakin hidup dibuatnya. Semakin malam cerita yang kami kisahkan semakin larut dalam buaian. Tenyata tak disangka-sangka. Ku dan kugy memiliki banyak persamaan; kami sama-sama menyukai lelaki yang dari fisik Ke-BULEK-an (bukan Ke-BULE-an), yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Keenan suka melukis dan Kunang (Akhirnya aku menemukan nama yang pas) suka menggambar. Kugy yang senang menulis dan Ku yang juga senang menulis. Tapi ada hal berbeda diantara kugy dan keenan dengan ku dan kunang. Kunang juga suka menulis, beda dengan keenan yang hanya senang melukis dan ku yang juga suka menggambar (sa...