Langsung ke konten utama

Rutinitas bulan agustus

setelah melewati bulan agustus yang hari-harinya dipake buat bolak-balik kampus, bolak - balik samarinda - makarti buat ngelengkapin berkas de el el.
akhrinya pendaftaran ulang selesai juga.

mungkin kedengerannya aneh ya bisa selama itu. iya gw juga heran,
nih lo liat sendiri aja gimana alurnya.

alur pendaftaran

ribet kan? iya emang sesungguhnya hal ini benar-benar ribet.
apalagi kalo ada aja yang kurang.
kudu siap bolak balik kampus. :3

beda halnya waktu pendaftaran SMK dulu (mungkin bukan gw yg ribet, tapi emak gw). :')

yaaa meski disisi lain juga hal ini mengajarkan gw untuk lebih ber u s a h a.
mungkin juga buat elo elo yang samasama ngerasain ribetnya hal ini.

karna sesungguhnya gw orang yang jarang usaha.
kadang suka ngaca, trus liat dicermin.
Terlihat!
manjaaa!....
Bisa disebut jarang usaha.Makanya ada aja kendala serta halangannya sekali ngeusahain sesuatu.
Kadang gw takut sendiri sama yah, gw fikir bisa di bilang dengan "surprise" dari Allah yang ga keduga misalanya, Dan kemudian hal itu ngeharusin gw buat Usahain itu bener-bener, SENDIRIAN. Itu horor banget. Sumpah!

Meski balik lagi sama diri sendiri kalo gw harus tetep kudu POSITIVE THINKING. :)That's is live.  Aku bisa melewatinya!
Dan terbukti, Meski sekecil apapun usaha, asal ada kemauan dan niat. Semua bisa terselesaikan dengan anggun. 
serta jangan lupa selipkan kata "Bismillah" di awal kita melangkah saat ingin melakukan sesuatu hal.
anyway, ini semua juga berkat kehendak-NYA bukan? :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Bocah Pejuang

Inginku sederhana, Ayah. Tak merepotkanmu Tak memberatkanmu Tak merengek minta ini itu kepadamu. Aku hanya ingin merasakan Bagaimana rasanya makan bakso bareng dan nyari udang bareng, bersamamu. Itu saja. Ayah. Pulang. - Febri, Bocah Pejuang. yang tinggal dan dibesarkan dari kecil oleh neneknya seorang. Setiap hari ia bersekolah dan selalu membantu neneknya ketika dirumah, dengan mencari udang dan kepiting lalu dijualnya kepada penyosok. lalu hasil jualnya ia berikan kepada neneknya untuk dibelikan bahan membuat kue untuk dijual. Ibunya hanya seorang pembantu yang bekerja di Jakarta, hanya 3 kali dalam sebulan ia bertemu ibunya. Ayahnya yang katanya bekerja tapi ia tak pernah tahu kabar dan keberadaannya dimana. Selain tak pernah bertemu dengan ayahnya sejak kecil, juga setiap kali ia bertanya kepada neneknya, beliau selalu menjawab tidak tahu. Terakhir kali ayahnya hanya meminta izin kepada neneknya febri untuk merantau, tapi sayang ayahnya tak pernah kembali....

Tentang Keenan dan Someone

Kugy mengajarkanku untuk tidak berkhayal sendirian. Kami bercengkrama satu sama lain, menceritakan pangeran dalam dunia khayal masing-masing. Tentang keenan dan Someone. Kuseduh segelas kopi ditemani beberapa bungkus makroni pedas yang mencoba hadir sebagai orang ketiga diantara ku dan kugy yang sedang asyik bercerita. Bukan untuk memisahkan kita, justru malah membuat malam ini semakin hidup dibuatnya. Semakin malam cerita yang kami kisahkan semakin larut dalam buaian. Tenyata tak disangka-sangka. Ku dan kugy memiliki banyak persamaan; kami sama-sama menyukai lelaki yang dari fisik Ke-BULEK-an (bukan Ke-BULE-an), yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Keenan suka melukis dan Kunang (Akhirnya aku menemukan nama yang pas) suka menggambar. Kugy yang senang menulis dan Ku yang juga senang menulis. Tapi ada hal berbeda diantara kugy dan keenan dengan ku dan kunang. Kunang juga suka menulis, beda dengan keenan yang hanya senang melukis dan ku yang juga suka menggambar (sa...