Langsung ke konten utama

you?



Sesuatu yang tepat berada didepanku

Tapi tak bisa kugapai
Bukan karna terhalang dinding yang membatas.

Bukan.

Melainkan waktu.
Waktuku sekarang
Dan waktumu yang lalu
Bertemu...
Ditempat yang sama
Tapi tak bersama
Karna waktu singgah kita berbeda.

Nasibnya,
Kita tak pernah bisa duduk ditempat yang sama
Dengan waktu yang seirama.

Kamu mungkin nggak akan pernah tau
Dengan waktu yang kumaksud itu
Karna waktumu bukan hadir untuk bertemu dengan waktuku

Tapi dengan waktumu itu
Aku berhak berterimakasih
Sudah membuatku sedikit merasa bahagia
Meski waktuku tidak bahagia dengan hal itu.

Jika nanti sempat, tunggu aku disitu
Jangan kemana-mana
Aku akan datang menemuimu dan waktumu
Bersama waktuku juga, tentunya.

Tapi kalau kamu yang mau datang, silahkan!
Dengan senang hati aku menyambutmu
Tapi jangan lupa bawa waktumu juga
Karna waktuku juga sudah menunggu lama.

Dan,
Kepada atasan waktu
Aku minta ijin
Mohon ijinkan untuk dua anak buahmu supaya mengabulkan inginku..

Mereka agak susah sepertinya untuk diajak kompromi
Karna terlalu malu
Untuk bertemu.

Kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Bocah Pejuang

Inginku sederhana, Ayah. Tak merepotkanmu Tak memberatkanmu Tak merengek minta ini itu kepadamu. Aku hanya ingin merasakan Bagaimana rasanya makan bakso bareng dan nyari udang bareng, bersamamu. Itu saja. Ayah. Pulang. - Febri, Bocah Pejuang. yang tinggal dan dibesarkan dari kecil oleh neneknya seorang. Setiap hari ia bersekolah dan selalu membantu neneknya ketika dirumah, dengan mencari udang dan kepiting lalu dijualnya kepada penyosok. lalu hasil jualnya ia berikan kepada neneknya untuk dibelikan bahan membuat kue untuk dijual. Ibunya hanya seorang pembantu yang bekerja di Jakarta, hanya 3 kali dalam sebulan ia bertemu ibunya. Ayahnya yang katanya bekerja tapi ia tak pernah tahu kabar dan keberadaannya dimana. Selain tak pernah bertemu dengan ayahnya sejak kecil, juga setiap kali ia bertanya kepada neneknya, beliau selalu menjawab tidak tahu. Terakhir kali ayahnya hanya meminta izin kepada neneknya febri untuk merantau, tapi sayang ayahnya tak pernah kembali....

Tentang Keenan dan Someone

Kugy mengajarkanku untuk tidak berkhayal sendirian. Kami bercengkrama satu sama lain, menceritakan pangeran dalam dunia khayal masing-masing. Tentang keenan dan Someone. Kuseduh segelas kopi ditemani beberapa bungkus makroni pedas yang mencoba hadir sebagai orang ketiga diantara ku dan kugy yang sedang asyik bercerita. Bukan untuk memisahkan kita, justru malah membuat malam ini semakin hidup dibuatnya. Semakin malam cerita yang kami kisahkan semakin larut dalam buaian. Tenyata tak disangka-sangka. Ku dan kugy memiliki banyak persamaan; kami sama-sama menyukai lelaki yang dari fisik Ke-BULEK-an (bukan Ke-BULE-an), yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Keenan suka melukis dan Kunang (Akhirnya aku menemukan nama yang pas) suka menggambar. Kugy yang senang menulis dan Ku yang juga senang menulis. Tapi ada hal berbeda diantara kugy dan keenan dengan ku dan kunang. Kunang juga suka menulis, beda dengan keenan yang hanya senang melukis dan ku yang juga suka menggambar (sa...