Katakanlah …
Tidak ada orang yang bisa adil dalam
membagi cinta, walau bagaimana pun
dia mencoba.
Itu sebabnya …
Aku menuntutmu untuk hanya
mencintaiku, sebagaimana aku
mewajibkan diriku hanya
mencintaimu.
-------
Contoh, Kita bisa mengacu pada nabi
Muhammad saw. Beliau adalah penyampai
pesan Allah terhadap manusia. Maka
mengacu pada beliau merupakan sebuah
keniscayaan. Terlebih beliau termasuk
yang melakukan poligami. Kita perlu
melihat, apakah beliau bisa berlaku adil
pada istri-istrinya atau tidak?
lihatlah hadits
berikut,
ﻭَﺭَﻭَﻯ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﻭَﺍﻟﻄَّﺒَﺮَﺍﻧِﻲ ﻣِﻦِ ﻃَﺮِﻳْﻖِ ﻣَﺴْﺮُﻭْﻕ ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ
ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻛَﺎﻥَ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﻠﻢ ﻟَﺎ ﻳَﻜَﺎﺩُ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦ
ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺬْﻛُﺮُ ﺧَﺪِﻳْﺠَﺔَ ﻓَﻴُﺤُﺴِﻦُ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ، ﻓَﺬَﻛَﺮَﻫَﺎ ﻳَﻮْﻣًﺎ
ﻣِﻦ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ، ﻓَﺄَﺧَﺬَﺗْﻨِﻲ ﺍﻟﻐِﻴْﺮَﺓُ ﻓَﻘُﻠْﺖُ : ﻫَﻞْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺍِﻟَّﺎ ﻋَﺠُﻮْﺯًﺍ ﻗَﺪْ
ﺍَﺑْﺪَﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ؟ . ﻓَﻐَﻀَﺐَ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ: ﻟَﺎ ﻭﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﺎ ﺃَﺑْﺪَﻟَﻨِﻲ
ﺍﻟﻠﻪُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ، ﺁﻣَﻨَﺖْ ﺇِﺫْ ﻛَﻔَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ، ﻭَﺻَﺪَّﻗَﻨِﻲ ﺍِﺫْ ﻛَﺬَّﺑَﻨِﻲ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ، ﻭَﻭَﺍﺳَﺘْﻨِﻲ ﺑِﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﺇِﺫْ ﺣَﺮَّﻣَﻨِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ، ﻭَﺭَﺯَﻗَﻨِﻲ ﺍﻟﻠﻪُ
ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺍﻟﻮَﻟَﺪُ ﺩُﻭْﻥَ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ.
“Imam Ahmad dan Thabrani
meriwayatkan dari Masruq dari Aisyah.
Aisyah berkata: Rasulullah itu hampir
tidak keluar rumah kecuali menyebut
Khadijah dan memuji-mujinya. Aku pun
cemburu, lalu berkata pada beliau:
Bukankah dia hanya perempuan tua
yang telah diganti oleh Allah dengan
yang lebih baik?. Beliau pun lalu marah.
Kemudian berkata: demi Allah, Allah
tidak menggantinya dengan yang lebih
baik. Dia beriman di saat orang-orang
masih kufur. Dia mempercayaiku di saat
yang lain mendustakanku. Dia
membantuku di saat yang orang-orang
menghalangiku. Allah telah memberikan
rizki anak melalui dia dan tidak melalui
yang lain.”
dengan bukti adanya
kecemburuan dari Aisyah, menunjukkan
nabi masih belum bisa memberikan cinta
yang sama pada istrinya.
Karna kecintaannya terhadap istri pertamanya yang begitu besar.
Beliau dengan
sangat sadar tidak bisa membagi
cintanya secara adil untuk semua istri-
istrinya. Padahal Allah sudah
menggariskan untuk berlaku adil ketika
melakukan poligami.
Karna untuk urusan bathin nabi
tidak bisa melakukannya. Dan ini tidak
menjadi aib, karena yang bathin ini
sudah di luar kendali manusia.
---------------
Untukmu,
Tidak ada siapapun bisa membagi cintanya dengan adil.
Karna jika dia adil, dia tidak akan membagi cinta.
-marioteguh-
Komentar
Posting Komentar